Poetry of Space







_____






.Poetry of Space.

Intervention: December 7 – 11, 2014 | along Jl.Jend. Sudirman – Jakarta 
Showcase: December 20 – 27, 2014 | at Kedai Kebun Forum – Yogyakarta

Artists: Dito Yuwono, Yudha Sandy, Anggun Priambodo, Pasangan Baru, Yonaz Kristy
_____


[en]


Being in a city like Jakarta, time flows in a strange way. People are on the run and they have to keep moving. The past are falling behind and the view is blurred by the pace of time, creating a landscape of forgetting. As a city withholding many flaws, and complexities; Jakarta, in the other hand, is a never-ending source of inspiration to artists and writers. In a place so rich with pluralism and characteristic, there are many surprises waiting to be found, and phrases waiting to be read.

This project aim to seek beauty in imperfections, long to enjoy a slow and passing moments in its nature, and embrace the magnificence of the imperfect, the impermanent, and the incomplete. This project invites the artist and the audience to appreciate the muted days. Invite them to slow down and appreciating, rather than perfecting. Offering a moment of pause to look within or gaze beyond. To raise questions instead of giving answers.

In this project, multi-discipline artists are invited to wander along the street of Sudirman to feel, actively observe, to read and interpret the city. The narrative will later be presented as a public intervention. The spaces chosen are expected to have a quality of beauty and intensity of a poetry found in amidst the chaotic city, those are: a place where time is irrelevant, a place where people interact, a place where people can re-connect with the nature, a place where people can learn about their past, and a place where people can see their present social condition. Not only the artists are invited to read the city as a flâneur; the audience are also expected to wander the street of Sudirman. The six artists will make five interventions (one intervention per day) at a certain spot along Jl.Jend.Sudirman for the audience to find on their way or while they are wandering along the pedestrian area. The audience are invited to experience the aimless stroll, to seek for small surprises, and to experience what the artists rewrite about the city. Through these fragments, the artists and the audience are writing an anthology of the space.

Some of the remnants of these projects can be found along the pedestrian area along Jl.Jend.Sudirman while some others will be happening in a certain day only. The process and schedule can be seen through the instagram account: @poetryofspace or hastag #poetryofspace on other social medias. The whole remnants, process, and documentation of these series of interventions will later be showcased at Kedai Kebun Forum, Yogyakarta.

_____

[id]


Berada di sebuah kota seperti Jakarta, waktu berjalan dengan aneh. Orang-orang tergesa dan harus terus bergerak. Masa lalu berjatuhan di belakang mereka dan pemandangan di kanan kiri terlihat buram oleh kecepatan jalannya waktu; menciptakan sebuah lanskap yang membuat orang lupa. Sebagai sebuah kota dengan berbagai kekurangan dan kompleksitas; Jakarta, di sisi lain, adalah sebuah sumber inspirasi tanpa henti bagi seniman maupun para penulis. Di sebuah tempat yang begitu kaya atas keberagaman dan karakter, banyak kejutan yang menanti untuk ditemukan, frase yang menanti untuk dibaca.

Proyek ini bertujuan untuk menemukan keindahan di antara ketidaksempurnaan, sembari berharap untuk menikmati waktu yang berjalan pelan dan sebagaimana adanya. Proyek ini sekaligus ingin merangkul gemilang ketidaksempurnaan, hal-hal yang tidak permanen, dan yang tidak selesai. Proyek ini mengundang seniman maupun penikmatnya untuk memelankan langkah dan menghargai alih-alih menyempurnakan. Menawarkan jeda untuk melihat ke dalam dan memandang jauh. Mempertanyakan, alih-alih menjawab pertanyaan.

Dalam proyek ini, para seniman lintas disiplin diundang untuk berjalan kaki sepanjang Jl.Jend.Sudirman untuk merasakan, mengamati, membaca, dan memaknai ruang di kota. Narasi ini kemudian akan ditampilkan dalam sebuah seri intervensi ruang publik. Lokasi yang dipilih diharapkan dapat memiliki keindahan dan intensitas yang puitis di tengah keramaian kota. Lokasi-lokasi tersebut memiliki ketentuan sebagai berikut: sebuah tempat di mana waktu tidak lagi relevan, sebuah tempat di mana orang-orang berinteraksi, sebuah tempat di mana orang dapat kembali terhubung dengan alamnya, sebuah tempat di mana orang dapat mempelajari tentang masa lalu, dan sebuah tempat di mana orang dapat melihat kondisi sosial saat ini. Tidak hanya para seniman yang diundang untuk membaca kota ini sebagai para tukang keluyur (flâneur); namun para penonton pun diharapkan untuk berjalan kaki di sepanjang Jl.Jend.Sudirman untuk menikmati karyanya. Ke-enam seniman terpilih akan melakukan lima intervensi (satu intervensi setiap harinya) pada lokasi tertentu sepanjang jalan ini untuk kemudian ditemukan oleh para pejalan kaki atau penonton yang sedang berjalan-jalan. Para penikmat diundang untuk mengalami kota dengan berjalan kaki, mencari kejutan-kejutan kecil yang mungkin ditinggalkan, dan mengalami apa yang dituliskan ulang tentang kota ini oleh para senimannya. Melalui potongan-potongan kisah ini lah para seniman maupun pemirsa menuliskan sebuah antologi tentang ruang. 

Beberapa jejak dari proyek ini dapat ditemukan sepanjang area pejalan kaki di Jl.Jend.Sudirman sementara lainnya hanya akan berlangsung pada hari tertentu saja. Proses dan jadwal intervensi dapat diikuti melalui akun instagram: @poetryofspace atau melalui tagar #poetryofspace di media sosial lainnya. Seluruh jejak, proses, dan dokumentasi atas seri intervensi ini akan dipamerkan di Kedai Kebun Forum seminggu setelahnya.

[click here to read curatorial text]