Mira Asriningtyas

  • Home
  • About
  • Text
  • Project
    • 900mdpl
      • 900mdpl (2017)
      • 900mdpl: Hantu-Hantu Seribu Percakapan (2019)
      • Museum Seribu Percakapan, Kaliurang (2019)
      • Transient Museum of a Thousand Conversation, New York (2020)
      • 900mdpl: Genealogy of Ghosts and How to Live With Them (2022)
      • Transient Museum of a Thousand Conversation, Yogyakarta (2022)
      • Transient Museum of a Thousand Conversation, Taiwan (2022)
    • Exhibitions
      • Layar Senyap Gerak Sunyi (2022)
      • Coming Soon (2018)
      • Good Luck, See You After the Revolution (2017)
      • Why is Everybody Being So Nice (2017)
      • Why is Everybody Being So Nice: The Power Nap (2017)
      • On a Lighter Note (2017)
      • The Observant Club's Fine (art) Dining (2016)
      • Poetry of Space (2014)
      • The Memories of Unidentified Experience (2012)
    • #CuratedbyLIR
      • Your Gold is Not Our Glory (2023)
      • Dream Express: Personalized History of Mysticism (2023)
      • Worship to Power (2023)
      • Rhinolophus Sinicus (2023)
      • Of Hunters and Gatherers (2021)
      • The Hunters (2021)
      • A Roof Over Your Head (2020)
      • Bualan Ikan: Narasi-Narasi yang Terseret Arus (2019)
      • Adegan yang Hilang: 1982 – 1985 (2019)
      • Tato Tolak Bala: Perlindungan Ampuh Warga Setempat (2019)
      • Courtesy of The Artists (2019)
      • Permanent Osmosis (2019)
      • Maaf Senin Tutup (2018)
      • UTARA-SELATAN (2018)
      • Loci Memoriae (2018)
      • Dalam Tiga Babak (2018)
      • Away Day (2018)
    • CEMETI
      • Water Resistance (2024)
      • Di Atas Tanah yang Bergerak (2024)
      • homeground (2025)
      • On a Quiet Day, I Can Hear Her Breathing (2025)
      • Nyawiji Ibu Bumi (2025)
      • Berbalik dan Melihat ke Belakang (2025)
      • Masa Peralihan(2025)
  • Contact






Masa Peralihan

Pameran Tunggal Enka Komariah

Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat

26 September – 15 November 2025


Ketertarikan Enka Komariah pada isu-isu sejarah telah berlangsung lebih dari lima tahun. Awalnya, ketertarikan Enka tersebut hanya pada ruang-ruang yang dekat dengannya— seperti kota kelahiran beserta situs-situs yang ia kenali ketika masih remaja. Perlahan, ketertarikannya pada sejarah semakin membesar, dan membawanya pada perjalanan sejarah Indonesia dalam konteks yang luas. Ia menangkap adanya patahan-patahan sejarah yang mewarnai perjalanan Indonesia. Di antara patahan-patahan tersebut, terdapat masa-masa peralihan— masa yang mengiringi tiap kali patahan tersebut terjadi.


Alih-alih hanya tertarik pada peristiwa utamanya, Enka justru berfokus pada bagaimana sejarah selalu menuliskan kemenangan dengan menghilangkan narasi-narasi kekalahan. Enka melihat bahwa narasi kemenangan yang selalu diingat dan diamplifikasi dengan kehadiran monumen, tak jarang juga menjadi pengingat atas kekalahan. Ibarat sebuah monumen berwujud relief, narasi kekalahan hadir bagai lumut yang memenuhi dinding belakang relief. Ketertarikannya pada narasi-narasi kekalahan itu kemudian memicunya untuk menciptakan karya-karya dalam pameran tunggalnya yang berjudul “Masa Peralihan” ini. Dalam pameran ini, Enka Komariah mencatat setidaknya terdapat 20 peristiwa yang ia kumpulkan, dan kemudian hadir dalam wujud monumen di dalam ruang pamer.



Dito Yuwono & Mira Asriningtyas
Direktur Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat


Home

link

  • blog
  • 900mdpl
  • LIR
  • contact