Di Atas Tanah yang Bergerak (2024)
Di Atas Tanah yang Bergerak
Pameran kelompok oleh Anna
Tomaszewski, Marten Bayuaji, Rachmad Afandi, Sajan Mani & Taryn Simon
Cemeti.- Institut untuk Seni dan Masyarakat
11 Oktober – 09 November 2024
“Di
Atas Tanah yang Bergerak” adalah sebuah pameran yang menggambarkan lingkungan
yang berubah dengan cepat dan dampaknya yang mendalam terhadap hubungan
manusia-non manusia. Para seniman yang diundang, melalui karya-karya mereka,
sedang meletakkan dasar untuk pelestarian pengetahuan di masa depan, yang
mencakup sejarah lisan, arsip, pengetahuan lokal, dan lanskap yang telah
dibagikan atau dilupakan melalui generasi.
Judul
ini mencerminkan konteks geologis Indonesia, yang terletak di Cincin Api dan di
atas tiga lempeng tektonik. Konteks ini memengaruhi tidak hanya lanskap alam
Indonesia dan bagaimana hal itu membentuk orang-orang yang tinggal di
permukaannya, tetapi juga mentalitas dan spiritualitas mereka, karena kita
hidup dalam kondisi rentan terhadap bencana alam. Ini juga mengungkapkan
bagaimana kekuasaan sosio-politik beroperasi di berbagai lapisan sosial, baik
secara historis maupun kontemporer.
Pameran
ini, yang merupakan perpaduan dari berbagai media, menciptakan percakapan yang
saling mengaitkan setiap praktik artistik dan berbagi pengetahuan antara para
seniman dan audiens yang lebih luas di Yogyakarta. Karya-karya ini menekankan
pentingnya belajar dari lingkungan sekitar kita dan urgensi untuk mengakui
serta melestarikan pengetahuan lokal guna menghadapi krisis dan hidup
berdampingan dengan alam.
Ditampilkan
dalam pameran ini adalah karya Taryn Simon dari seri “Nonfiction I”, yang
menggabungkan potret dan citra lanskap untuk mengungkap narasi tentang
kehilangan dan duka. Karya video Sajan Mani memetakan hubungan intimnya dengan
sebuah sungai yang telah membentuk hidupnya, mencerminkan hubungan ekologi dan
ketidaktahuan. Demikian pula, instalasi dari para seniman muda Indonesia,
Rachmad Afandi dan Marten Bayuaji, mengeksplorasi sejarah lokal dan praktik
komunitas, mendorong audiens untuk terlibat secara mendalam dengan lingkungan
mereka. Sementara itu, Anna Tomaszewski terinspirasi oleh entropi alami,
aktivitas produktif dan transformasinya, pada tingkat yang sama dengan
bentuk-bentuk yang dihasilkannya.
Partisipasi
audiens dalam dialog ini sangat penting, dan resonansi mereka dengan tema-tema
ini sangat diharapkan. Setiap seniman yang diundang ke program ini memiliki
pengalaman panjang dalam bekerja dengan tema-tema ini, dan kehadiran mereka
akan memperkaya pemahaman kita tentang tantangan yang melekat dalam hubungan
manusia-non manusia. Pameran ini mengajak kita untuk mempertimbangkan
kemungkinan mengembangkan karya baru atau menyajikan karya yang ada dalam
konteks Yogyakarta dan Indonesia secara umum.
Dito Yuwono & Mira
Asriningtyas
Direktur Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat







